Belum sebulan Azka bersekolah di sebuah Madrasah Ibtidaiyah, pihak sekolah sudah memberikan pengumuman mengenai syarat untuk mengajukan KJP Plus atau Kartu Jakarta Pintar Plus.
“Ayah, Azka mau ikut KJP Plus gak?” tanya ibunya Azka suatu hari.
“KJP? Emangnya kita memenuhi syarat untuk ikut KJP Plus?” jawabku
“Enggak!” jawab ayah.
“Ya sudah, gak usah ikut. Lagipula ayah gak mau minta-minta Surat Keterangan Tidak Mampu. ” jawabku.
Jadi salah satu syarat untuk mengajukan KJP Plus adalah membuat Surat Keterangan Tidak Mampu/Miskin yang diketahui oleh orang tua dan ketua Rukun Tetangga (RT). Syarat lengkapnya bisa dilihat di sini.
Alasan pertama kami tidak ikut mengajukan KJP Plus adalah karena kami masih mampu untuk membiayai kebutuhan sekolah anak kami. Walau ia bersekolah di luar negeri (swasta) 🙂 Yang tentu biayanya berbeda bila ia bersekolah di Sekolah Negeri.
Alasan kedua adalah kalau dipikir, dengan meminta Surat Keterangan Tidak Mampu/Miskin padahal sebenarnya kita mampu, apa itu bukannya menjadi doa? Mendoakan diri sendiri menjadi tidak mampu. Astaghfirullah.
Dari Hubsyi bin Junadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api.” .
(HR. Ahmad 4: 165)
Dan saya tidak sendiri. Ada beberapa orang yang berpikiran sama dengan saya. Salah satunya ada seorang bapak yang menyekolahkan anaknya di tempat Azka bersekolah. Dan bukan hanya satu anak saja.
Bapak ini tidak memiliki pekerjaan tetap/bukan karyawan tetap yang menerima gaji setiap bulannya sepertiku. Dan beliau tidak mau mengurus KJP Plus, dengan alasan yang mirip denganku.
Ketika ditanya alasannya dengan lugas ia menjawab, “Saya masih mampu membiayai anak-anak saya bersekolah di sini. Dan saya punya Allah Yang Maha Kaya.”
Masya Allah….
Pun ketika Lebaran Haji hari Minggu lalu, bapak ini tidak mengambil jatah daging kurbannya. “Kalau kepingin daging tinggal beli aja pak, insya Allah uangnya ada.”
Kalau kami sekeluarga alasan tidak mengambil daging kurban karena tidak ada yang mengurusnya, apalagi daging kambing. Akhirnya kupon jatah daging kurbannya kami berikan ke tetangga yang lebih berminat.
Tapi…
Ternyata ada beberapa orang yang tetap mengajukan KJP Plus, walaupun secara kasat mata mereka termasuk golongan yang mampu.
Kasat mata?
Yups. Mereka mempunyai sepeda motor ber CC besar, yang harganya tentu tidak murah. Atau ada yang memakai perhiasan emas yang cukup banyak. Atau berdandan/ berpakaian yang menunjukkan bahwa mereka termasuk golongan mampu.
Loh? Memang tidak di survey?
Memang sih yang mengajukan KJP Plus tetap akan di survey terlebih dahulu.
Tetapi….
Ada beberapa orang yang mengakalinya dengan cara mengontrak rumah/kontrakan, dengan isi perabotan yang sesedikit mungkin. 😀 Belum lagi rumahnya dibuat berantakan. Tujuannya hanya satu, menunjukkan bahwa mereka termasuk golongan TIDAK MAMPU.
Alasan terakhir kenapa kami tidak mengajukan KJP Plus adalah masih banyak yang benar-benar membutuhkan bantuan dari pemerintah daerah DKI Jakarta ini.
“Ya Allah cukupkanlah kami dengan yang halal dan jauhkanlah kami dari yang haram, dan cukupkanlah kami dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.”