Jumat dan Sebuah Pertanyaan yang Mengusik

Jumat dan Sebuah Pertanyaan yang Mengusik 2

Dua minggu lalu, hari Jumat yang cukup cerah, tugas kantor membawa saya ke jantung Mangga Dua. Kunjungan rutin ke pelanggan, pikir saya, semoga cepat selesai.

Jam 10.45 pagi, saya tiba di kantor pelanggan. Dalam hati, doa sederhana dipanjatkan: “Ya Allah semoga urusan ini lancar, biar bisa segera shalat Jumat.”

Jumat dan Sebuah Pertanyaan yang Mengusik 3

Namun, harapan seringkali tak sejalan dengan kenyataan. Bapak yang akan saya temui baru keluar dari ruangannya pukul 11.30. Setengah jam lebih molor, “jam karet” yang sudah akrab di telinga. Kalau urusan ini dilanjutkan, alamat terlewat shalat Jumat.

“Pak Bambang?” tanyanya.
“Iya pak.” jawabku sambil menjabat tangannya.
“Maaf lama menunggu pak, kita lanjutkan di dalam pak.”

Benar kan? Kalau diteruskan, pasti ketinggalan shalat Jumat.

“Maaf, Pak,” saya memotong.
“Bisa kita lanjutkan setelah shalat Jumat? Bagaimana?”

Terlihat perubahan raut wajahnya si bapak yang terlihat heran. Ia pun bertanya,

“Bapak shalat Jumat?”

Kini giliran saya yang heran. Pertanyaan macam apa ini?
“Iya, Pak. Tidak apa-apa kan kalau saya shalat dulu?”

“Oh, tentu, Pak. Tidak masalah. Kita lanjutkan setelah shalat Jumat, ya. Masjidnya ada di basement.” si Bapak mengangguk, lalu kembali ke ruangannya.

Sambil berjalan menuju basement, pertanyaan bapak tadi terus berputar di kepala. Kenapa beliau bertanya seperti itu? Berkali-kali pertanyaan itu muncul.

Lalu, tiba-tiba, saya tersadar. Mungkin karena wajah dan kulit saya yang mirip orang Tionghoa. 😀

Ah, mungkin itu jawabannya. Bagi sebagian orang, pemandangan seorang pria bermata sipit memeluk Islam mungkin terlihat aneh. Bahkan, saat masuk masjid untuk shalat berjamaah, tak jarang saya menangkap tatapan aneh dari beberapa jamaah.

Calon istri saya pun mengalami hal serupa. Mata kami berdua memang kecil, warisan genetik. Suatu hari, di tempat kerjanya yang baru, ia menjadi pusat perhatian saat berwudhu di mushola kantor. Sampai ada yang bertanya, “Mbak kok wudhu? Mau shalat, ya?” Kami hanya bisa tertawa.

Dari kejadian ini, saya belajar satu hal: jangan menilai buku dari sampulnya. Penampilan luar bisa menipu. Keyakinan dan identitas seseorang tidak selalu terlihat dari mata.

So, don’t judge the book by it’s cover yah.

Hukum Shalat Jumat: Kewajiban bagi Setiap Muslim

Sholat Jum’at adalah sholat dua rakaat berjamaah di masjid yang dilakukan pada waktu dzuhur di hari Jum’at, yang diawali dengan khotbah Jum’at terlebih dahulu.

Hukumnya bersumber dari Al-Qur’an Surah Al Jumuah ayat 9:

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Hukum shalat jumat adalah wajib seperti yang disebutkan dalam ayat di atas. Di dalam sebuah hadits dari Thariq bin Syihab dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

“Shalat Jum’at wajib bagi setiap muslim dalam berjama’ah, kecuali empat: hamba sahaya, wanita, anak-anak atau orang sakit”

(Hadits riwayat Abu Dawud)

Kisah ini mengingatkan kita bahwa Islam adalah agama yang universal, terbuka untuk semua orang, tanpa memandang ras, suku, atau penampilan fisik. Jangan biarkan prasangka menghalangi kita untuk melihat keindahan keberagaman.

Tinggalkan Balasan

*