
Pernahkah Anda mendengar suara yang dapat langsung membawa Anda kembali ke masa kecil, penuh dengan petualangan dan kegembiraan? Bagi banyak orang Indonesia, suara khas klakson bus telolet adalah suara itu. Lebih dari sekadar suara, ini adalah sebuah fenomena budaya yang telah memikat hati jutaan orang, terutama generasi muda.
Hujan baru saja reda, ketika Azka mengajak saya di lapangan parkir UP-PKB (Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor), Cipedak. Tampak genangan genangan kecil di lapanga parkr tersebut.
Untuk apa?
Untuk melihat bus yang parkir. Kebetulan saat itu ada acara di sebuah pesantren yang berlokasi dekat lapangan parkir tersebut. Dan banyak bus yang terparkir setelah mengantarkan para santri, Mereka menunggu acara selesai untuk kembali pulang.
Meskipun langit baru saja menumpahkan hujan, puluhan anak yang kebanyakan anak laki-laki sudah tumpah ruah di lapangan UP-PKB Cipedak, Jagakarsa. Cuaca mendung tak menyurutkan semangat puluhan anak, terutama bocah lelaki, yang sudah berkumpul di sana. Mereka datang dengan satu tujuan: melihat deretan bus pariwisata yang terparkir rapi.
Deretan bus yang terparkir menjadi daya tarik utama bagi para bocah seumuran Azka itu. Ada juga sih orang dewasanya walau tak banyak.
Mereka asyik menjelajahi bus-bus tersebut, matanya berbinar-binar penuh rasa penasaran. Ada yang sibuk mengecek jumlah corong basuri yang terpasang di tiap bus.
Ada yang sibuk memilih sticker bus favorit mereka untuk dibeli, ada yang berpose di depan bus dengan gaya terbaik, dan tak sedikit pula yang mengabadikan momen indah ini dengan kamera ponsel mereka.
Walau sudah selesai berfoto atau membeli sticker, anak-anak seumuran Azka ini masih asyik berkumpul di sekitar lapangan dan Jl. M. Kahfi II, Cipedak, Jagakarsa. Suasananya sangat ramai.
Apalagi yang mereka tunggu yah?
Ya apalagi selain menunggu keberangkatan bus-bus itu meninggalkan lapangan parkir UP-PKB Cipedak, Jagakarsa. Mereka berharap bus-bus itu akan membunyikan klakson telolet basuri yang terpasang di bus-bus itu.
Termasuk Azka yang sabar menunggu di depan SPBU Kahfi II. 😀
Ba’da Ashar bus-bus pariwisata tersebut mulai meninggalkan area parkir. Akibatnya, lalu lintas di sepanjang Jalan M. Kahfi II mengalami kemacetan lumayan panjang. Selain disebabkan oleh antusiasme anak-anak yang menantikan di pinggir jalan, banyak pula yang ikut mengiringi bus-bus tersebut.
Anak-anak itu membuat isyarat dengan mengepalkan tangan dan menggoyangkan jempol, sebuah kode yang umum dipahami sebagai permintaan untuk membunyikan klakson telolet. Sopir, yang sudah terbiasa dengan kode ini, langsung merespon dengan menekan tombol klakson.
Suara klakson telolet basuri pun kerap terdengar dari bus-bus tersebut. Anak-anak pun ikut berjoget seiring dengan lagu yang keluar dari klakson telolet basuri.
Para pengendara sepeda motor terlihat beriringan di depan bus sambil asyik merekam aktivitas tersebut. Istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan aksi ini adalah “ngoyod”. Meskipun demikian, tidak semua bus memberikan respons dengan membunyikan klakson telolet yang menjadi daya tarik tersendiri.
Suasana riuh sekali, banyak kelakuan anak-anak yang mengundang tawa. Bahkan ada seorang bapak bertelanjang dada yang terlihat marah melihat anak-anak yang menghalangi laju bus pariwisata tersebut. 😀
Saya juga kadang heran dengan tingkah anak-anak yang sangat menyukai bunyi yang keluar dari telolet basuri, mau tak mau saya ikut menemani Azka menunggu bus-bus itu lewat.
Apa itu Telolet Basuri?
Kata “telolet” merupakan onomatopoeia, langsung meniru suara unik yang dihasilkan oleh klakson bus yang dimodifikasi khusus ini. Meskipun asal-usul pastinya agak kabur, dipercaya bahwa tren ini memperoleh popularitas luas melalui media sosial pada pertengahan tahun 2010-an. Sebuah hashtag sederhana, #telolet, dengan cepat menjadi viral, memicu kegemaran global.
Klakson telolet basuri adalah jenis klakson yang sering digunakan pada kendaraan besar, seperti bus atau truk. Ciri khasnya adalah suara yang unik, bervariasi, dan seringkali memiliki melodi tertentu. Istilah “telolet” sendiri diambil dari suara klakson tersebut yang terdengar seperti kata “telolet”.
Banyak orang menyukai suara klakson telolet basuri, terutama di kalangan anak-anak. Fenomena ini bahkan sempat menjadi viral beberapa tahun lalu dengan tagar #telolet.
Klakson ini seolah-olah sedang menyanyikan lagu atau memainkan instrumen musik. lagu-lagu yang dinyanyikan biasanya yang bernuansa ceria seperti theme songnya Marsha and The Bear, Sepatu kaca, Old Mcdonald, Kopi Dangdut, Selamat Ulang Tahunnya Jamrud dan lain-lain.
Cara Kerja Klakson Telolet Basuri
Secara sederhana, berikut cara kerjanya:
- Sumber Udara: Klakson telolet menggunakan udara bertekanan yang berasal dari sistem udara kendaraan, seperti yang digunakan untuk mengoperasikan rem angin.
- Katup dan Diafragma: Ketika tombol klakson ditekan, katup akan terbuka dan udara bertekanan akan masuk ke dalam sebuah ruang yang berisi diafragma (sejenis membran tipis).
- Getaran Diafragma: Tekanan udara yang masuk akan menyebabkan diafragma bergetar. Getaran ini akan menghasilkan suara.
- Corong dan Resonansi: Getaran diafragma kemudian akan diperkuat dan diubah menjadi suara yang khas melalui corong-corong yang dirancang khusus. Corong-corong ini akan menghasilkan resonansi yang unik, menciptakan berbagai macam nada dan melodi.
- Variasi Suara: Dengan mengatur ukuran, bentuk, dan jumlah corong, serta tekanan udara yang digunakan, dapat dihasilkan berbagai variasi suara klakson telolet.
Larangan Telolet Basuri
Meskipun disukai banyak orang, fenomena klakson telolet juga menimbulkan kekhawatiran. Beberapa kasus kecelakaan yang melibatkan anak-anak yang mengejar bus telah terjadi. Yang fatal seperti kejadian di Pelabuhan Penyeberangan Merak Banten, yang menyebabkan tewasnya seorang bocah laki-laki ketika mengejar bus.
Kadang ketika melihat para pengendara motor yang mengiringi bus juga terlihat tidak mengenak helm, berboncengan melebihi kapasitas motor. Kadang juga sengaja melambatkan laju motornya, agar bus pariwisatanya bis direkam lebih lama.
Danto Restyawan, Direktur Sarana Transportasi Jalan, menyampaikan bahwa berdasarkan rekomendasi KNKT, penggunaan klakson telolet berpotensi menyebabkan terjadinya ‘tekor angin’ pada sistem rem bus, sehingga dapat mengurangi efektivitas pengereman.
Mengapa klakson telolet bisa berisiko merusak rem?
- Persaingan Udara: Penggunaan klakson telolet secara terus-menerus dapat menyebabkan tekanan udara dalam sistem berkurang. Hal ini dikarenakan udara yang digunakan untuk membunyikan klakson “berkompetisi” dengan udara yang dibutuhkan untuk mengoperasikan rem.
- Tekor Angin: Jika tekanan udara terus berkurang, kondisi yang disebut “tekor angin” dapat terjadi. Kondisi ini dapat menyebabkan rem menjadi kurang responsif atau bahkan blong.
Risiko Penggunaan Klakson Telolet:
- Rem Blong: Risiko terbesar adalah terjadinya rem blong, yang dapat menyebabkan kecelakaan parah.
- Kerusakan Komponen: Penggunaan klakson telolet secara berlebihan dapat merusak komponen-komponen sistem udara, seperti katup dan selang.
- Kebisingan: Suara klakson telolet yang sangat keras dapat mengganggu kenyamanan pengguna jalan lainnya dan menimbulkan polusi suara.
Di beberapa kota di pulau Jawa, pembunyian klakson telolet basuri juga telah dilarang. Sebut saja Solo, Ciamis, Tangerang, Cilegon sudah melarang pembunyian klakson ini di jalanan. Ancaman hukumannya adalah penjara.