Petualangan Seru di Jeram Sungai Ayung, Bali

Dulu, di belantara Sukabumi, Sungai Citatih pernah menjadi saksi bisu keberanian yang terukir dalam setiap ayunan dayung.

Kini, di pulau dewata, Sungai Ayung (Bahasa Bali: Tukad Ayung) memanggil jiwa petualang yang lama tertidur. Desir airnya seolah berbisik, mengajak menari bersama arus yang tak terduga.

Petualangan Seru di Jeram Sungai Ayung, Bali 1

Meski kabar tentang virus yang bergentayangan bak bayang-bayang kelam, tak mampu memadamkan nyala semangat yang membara. Ada kerinduan untuk menaklukkan riak-riak sungai, merasakan deburan ombak di wajah, dan menyatu dengan alam yang perkasa.

Seperti halnya kisah-kisah yang tertulis dalam lembaran buku, setiap jeram adalah babak baru dalam perjalanan hidup. Ada rasa takut yang menghantui, namun ada pula keberanian yang tumbuh dari dalam diri.

Sungai Ayung, sungai terpanjang di Bali, engkaulah saksi bisu petualangan kali ini. Biarkanlah arusmu membawa pergi segala keraguan, dan biarkanlah deburanmu mengukir kenangan abadi di relung hati.

Kantor tempatku bekerja mempercayakan Garuda Holidays untuk mengatur acara 3 hari 2 malam yang tak terlupakan. Rafting di Sungai Ayung, Ubud, menjadi puncak acara ulang tahun Cerindo yang ke-20.

Eh, enggak deh. Acara terakhirnya belanja di Krisna Bali, toko oleh-oleh. 😀

Bali, seperti biasa, selalu punya cara untuk memikat. Tapi kali ini, ada yang berbeda. Bukan lagi tentang pantai-pantai yang sudah terlalu sering dikunjungi, atau kafe-kafe yang terlalu ramai oleh cerita orang lain. Kali ini, oleh pihak EO kami dihadapkan pada persimpangan kebun binatang, atau arung jeram?

Tanpa banyak pertimbangan, hatiku memilih arung jeram. Mungkin, ada semacam panggilan dari derasnya air, dari tantangan yang tak bisa dihindari. Sungai mana yang akan kami arungi, itu urusan belakangan. Yang penting, ada petualangan yang menunggu.

Ternyata, Sungai Ayung di Ubud yang menjadi panggung kami. Ubud, dengan segala keindahan alamnya, dengan Sangeh Monkey Forest yang riuh, dan Sawah Terasering Tegalalang yang menawan.

Sayang, kali ini aku harus melewatkan pesona sawah terasering itu. Tubuhku sedang tidak dalam kondisi terbaiknya, seperti halnya hati yang kadang lelah oleh perjalanan.

Tapi, bukankah hidup memang tentang pilihan-pilihan yang kadang membuat kita menyesal, kadang membuat kita bersyukur? Melewatkan sawah terasering, mungkin adalah cara alam untuk memberiku kesempatan menikmati Sungai Ayung dengan lebih khusyuk. Karena, kadang, kita perlu melewatkan sesuatu untuk benar-benar menghargai apa yang ada di depan mata.

Menaklukkan Jeram Sungai Ayung

Sungai Ayung, dengan panjang 68,5 km, bermuara di Selat Badung, Sanur. Jeramnya yang kelas II-III cocok untuk pemula, bahkan anak-anak pun ikut serta. Jika ingin tantangan lebih, ada Sungai Telaga Waja dan Sungai Melangit.

Intinya sih kami dianggap anak-anak yah? 😀

Kalau mau jeram yang lebih menantang kita bisa memilih rafting di sungai Telaga Waja, Karangasem dengan jeram kelas II – IV atau di sungai Melangit Klungkung dengan jeram kelas III – IV.

Payung Rafting Ubud

Kami memilih Payung Rafting Ubud, seperti memilih teman seperjalanan yang tak pernah kita tahu akan membawa ke mana. Setelah mengisi formulir asuransi, seperti mengisi lembaran takdir, kami bersiap. Perlengkapan yang dikenakan, seperti zirah seorang petualang, siap melindungi dari segala kemungkinan.

Mobil pick-up membawa kami ke titik awal, seperti membawa harapan ke tempat yang belum pasti.

200 Anak Tangga

Turun ke sungai ayung
Turun dulu ke Sungai Ayung

Sampai di starting point kami harus menuruni anak tangga untuk menuju ke sungai Ayung.

Jumlahnya?

Ratusan…. hahahaha

Info yang aku dengar dari guidenya sih “cuma 200” anak tangga. Yang sepenuhnya tidak aku percaya. 😀 Dan di beberapa tempat, anak tangganya cukup curam dan sedikit basah karena hujan. Curam dan basah, seperti jalan yang sering kita lalui dalam hidup. Yang mengharuskan kami lebih hati-hati dalam menuruninya.

Tubuh ini sudah lelah, sebelum benar-benar memulai.Mungkin akibat sehari sebelumnya sempat ngedrop dan sakit.

Sudah nggak terbayang bagaimana nanti naiknya.

Baca Juga : Azka Mencoba MRT Jakarta

2 Jam Menyusuri Sungai Ayung

Sebelum mengarungi jeram seperti biasa kami diberi pengarahan terlebih dahulu oleh pemandu/guide dari pihak Payung Rafting. Mulai dari cara memegang dayung sampai apa yang harus dilakukan ketika ada yang terjatuh ke sungai.

Petualangan Seru di Jeram Sungai Ayung, Bali 2
Istirahat dulu sambil beli minuman.

Pengarahan singkat, seperti petuah seorang bijak, sebelum kita terjun ke dalam arus kehidupan. Lalu, petualangan dimulai.

Selesai briefing kami pun mulai menantang jeram yang ada di Sungai Ayung, Ubud Bali . Tentu tetap ditemani oleh pemandunya. Pemandu inilah yang memberikan instruksi apa yang harus kami lakukan selama berarung jeram.

Maju…
Mundur…
Boom…

Mendayung mengikuti instruksi, seperti mengikuti kata hati, melewati jeram-jeram yang memacu adrenalin, seperti tantangan yang membuat kita merasa hidup. Pemandangan indah di sepanjang sungai, seperti bonus dari perjalanan, tak ternilai harganya. Berhenti sejenak di air terjun, membeli minuman di warung terapung, seperti mencari ketenangan di tengah riuhnya dunia.

Harganya?

Untuk sebotol Pocari Sweat, saya harus membayar sebesar Rp. 30.000. Pembayaran dilakukan ketika kita sudah sampai di tempat check in pertama kali.an tinggi.

Kurang lebih kami menempuh jarak 12 km sungai Ayung selama 2 jam. Wih lama juga ternyata kami di sungai.

Dua jam berlalu, seperti dua bab dalam sebuah buku, kami tiba di garis akhir, sebuah dam yang cukup tinggi, seperti tujuan yang kadang sulit dicapai. Tubuh ini lelah, tapi puas, seperti hati yang menemukan kedamaian setelah badai.

Menaiki tangga kembali ke titik penjemputan, seperti kembali ke realita setelah mimpi yang panjang. Aku kewalahan, seperti kehilangan arah, tapi teman-teman masih setia menunggu, seperti pelabuhan yang selalu terbuka untuk kita.

Padahal ada beberapa bapak-bapak tua yang membawa perahu karet yang sudah dikempeskan berjalan dengan santainya menaiki tangga.

Jumlahnya?

Aku nggak sempat nanya, sibuk atur napas dan tenaga supaya dapat sampai dengan selamat ke atas.

Dan aku menjadi orang yang paling akhir tiba di lokasi penjemputan, seperti kejadian ketika saya menginap di Cidahu, Sukabumi. Untung saja masih ditungguin. 😀

Dan, pada akhirnya, petualangan bukan hanya tentang tempat yang dikunjungi, tapi juga tentang siapa yang menemani. Dan, kadang, lelah adalah cara alam untuk mengingatkan kita bahwa kita telah menjalani hidup dengan sepenuh hati.

Mandi dan Makan Siang di Payung Rafting

Dengan tubuh yang masih membawa sisa-sisa petualangan, kami tiba di tempat check-in. Seperti pulang ke rumah setelah seharian berkelana, ada rasa lega yang menyelimuti.

Handuk dan sabun cair sudah tersedia, seperti pelukan hangat setelah perjalanan panjang. Tempat mandi dengan beberapa shower dalam satu ruangan, seperti berbagi cerita dengan teman-teman seperjalanan.

Hanya tempat berganti baju yang dipisah, mungkin untuk memberi ruang bagi setiap individu untuk merenungkan pengalaman masing-masing.

Selesai membersihkan diri, kami disuguhi makanan prasmanan. Seperti mengisi bahan bakar setelah perjalanan jauh, setiap suapan memberi energi baru. Dua jam arung jeram di Sungai Ayung, seperti dua bab dalam buku petualangan, telah menguras tenaga, tapi juga memberi kenangan tak terlupakan.

Jika kembali ke Bali, mungkin aku akan mencari sungai lain. Sungai yang tidak perlu diawali dengan menuruni dan menaiki ratusan anak tangga. Karena, kadang, perjalanan menuju tujuan sama melelahkannya dengan tujuan itu sendiri.

Habis tenaga sebelum benar-benar menikmati petualangan. Tapi, bukankah hidup memang tentang belajar dari setiap perjalanan? Mungkin, suatu saat nanti, aku akan kembali ke Sungai Ayung, dan menaklukkan anak tangganya, bukan sebagai beban, tapi sebagai bagian dari cerita.

Lokasi Payung Rafting

Alamat Payung Rafting :
Jl. Raya Payangan, Melinggih Kelod
Payangan, Kabupaten Gianyar
Bali

Tinggalkan Balasan

*