
Yeeeeey. Akhirnya Azka berkesempatan mencoba alat transportasi terbaru di DKI Jakarta, MRT (Mass Rapid Transit) Jakarta.
Atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan Moda Raya Terpadu.
Disingkat MRT juga. 😀
Aku pribadi sudah pernah mencoba MRT Jakarta ketika menghelat ulang tahun pertana komunitas photography Lensa Nuswantara medio 2019 lalu. Dan beberapa kali setelahnya ketika ada janji dengan teman atau urusan pekerjaan di daerah Senayan ataupun Bundaran Hotel Indonesia.
Kali ini kami bertiga mencoba MRT dari stasiun Lebak Bulus hingga stasiun Bunderan Hotel Indonesia, pulang pergi. Eh mampir sebentar ke Lapangan Banteng deh. Untuk ketemu teman dari Lensa Nuswantara yang sedang hunting bareng di sana.
Azka sudah antusias sekali ketika diberitahu akan mencoba MRT. Walau ia sudah sering naik kereta Commuterline, tapi MRT merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya.
Jalur MRT Jakarta yang sebagian melintas di atas jalur layang (elevated) dan sebagian lagi di bawah tanah (underground) berhasil menimbulkan rasa penasaran dalam dirinya.
“Nanti gelap dong ayah?” tanyanya penasaran.
Baca juga : Jalan-Jalan Ke Cimory Riverside
Stasiun Lebak Bulus Grab
Sebenarnya bisa saja kami naik dari stasiun MRT Fatmawati, tapi biar lebih lama naiknya kami putuskan untuk naik dari stasiun MRT Lebak Bulus Grab. Dari stasiun ini kami bisa melihat kereta-kereta MRT buatan Jepang yang parkir di depo MRT Lebak Bulus.
Suasana stasiun Lebak Bulus Grab cukup ramai, mungkin karena lagi masa liburan sekolah. Sepertinya MRT Jakarta yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2019 ini masih menjadi salah satu objek wisata favorit bagi warga ibukota dan daerah-daerah sekitarnya.
Stasiun Lebak Bulus Grab terdiri dari 2 dua lantai. Lantai pertama merupakan lantai untuk membeli tiket sedangkan lantai kedua merupakan peron kereta.
Di lantai pertama ini sudah banyak calon penumpang yang antri membeli tiket MRT Jakarta. Baik melalui loket penjualan ataupun melalui mesin tiket otomatis (Ticket Vending Machine) yang tersedia.
Di lantai ini juga ada beberapa toko makanan/minuman dan mini market.
Tapi tidak boleh makan dan minum di dalam MRT Jakarta yah.
Tiket MRT Jakarta
Untungnya kami bertiga sudah membekali diri dengan uang elektronik (e-money) yang biasa kami gunakan untuk membayar tiket transportasi Commuter Line, Transjakarta atau jalan tol.
Untuk saat ini e-Money yang dapat digunakan di MRT Jakarta adalah, e-Money (Bank Mandiri), Tap Cash (Bank BNI), Jaklingko, Flazz (Bank BCA), JakartaOne (Bank DKI), Brizi (Bank BRI).
Selain itu tentu saja kita dapat membeli Single Trip Ticket ataupun Multi Trip Ticket di loket pembelian ataupun di Mesin Tiket Otomatis. Mirip dengan Commuter Line.
Kabarnya sih akan menyusul e-Wallet seperti Go-Pay, Dana, OVO hingga LinkAja dapat digunakan untuk membayar tiket MRT Jakarta.
Azka sekarang sudah bisa men-tap kartu e-money miliknya sendiri loh, tidak perlu dibantu oleh ayah atau ibunya.
Belajar mandiri yah mas.
Tarif MRT Jakarta

Tarif termurah MRT Jakarta yaitu sebesar Rp. 3.000 dan yang termahal adalah Rp. 14.000 untuk perjalanan dari stasiun Lebak Bulus Grab sampai ke stasiun Bunderan Hotel Indonesia.
13 Stasiun MRT Jakarta
Suasana gerbong yang kami naiki sedikit padat, walau tidak sepadat commuter line Jakarta. Dari stasiun Lebak Bulus kami dapat melihat pemandangan Jakarta dari jalur yang melayang sepanjang Lebak Bulus sampai stasiun Asean.
Totalnya ada 7 stasiun MRT di jalur yang melayang ini.
Azka pun lebih senang berdiri dekat pintu, sambil melihat pemandangan kota Jakarta sepanjang Lebak Bulus sampai dengan daerah Blok M.
Mulai dari stasiun Senayan sampai dengan stasiun Bunderan Hotel Indonesia, stasiun MRT Jakarta berada di bawah tanah. Totalnya ada 6 stasiun MRT yang ada di bawah tanah. Jadi tidak ada pemandangan yang dapat dinikmati. 🙂
Stasiun Bunderan Hotel Indonesia




Perjalanan dari Lebak Bulus sampai dengan Bunderan HI ditempuh dalam waktu +/- 35 menit. Lebih cepat bila dibandingkan membawa kendaraan pribadi.
Berbeda dengan stasiun Lebak Bulus Grab letak peron kedatangan dan keberangkatan kereta MRT di stasiun Bunderan Hotel Indonesia terletak di lantai paling bawah. Dan penumpang dapat naik ke lantai di atasnya dengan menggunakan tangga biasa, escalator atau elevator.
Tidak berhenti sampai stasiun Bunderan Hotel Indonesia saja perjalanan kami hari itu. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Masjid Istiqlal menggunakan Transjakarta.
Praktis sih bisa pindah antar moda transportasi seperti ini namun tangga penghubung antara stasiun MRT Bunderan Hotel Indonesia dan Halte Busway Bunderan HI ternyata cukup tinggi.
Nggak kebayang deh kalau eyang utinya Azka ikut.
Aku pun menggeh-menggeh (ngos-ngosan) menaiki tangga ini. Sebenarnya bisa saja keluar di depan Plaza Indonesia menggunakan elevator lalu menyebrang ke halte Bunderan HI.
Itulah keseruan Azka ketika mencoba MRT Jakarta. Perjalanan pulangnya ia sudah kehilangan gairah dan lebih banyak terdiam di dalam gerbong.
Capek katanya.