My Talkative Son, Anak Yang Ramai Berbicara

My Talkative Son, Anak Yang Ramai Berbicara 2

Suatu hari  eyang ti nya Azka (my mom) telpon, yang ditanya tentu kabar cucunya yang suka ngobrol (talkative), dan kapan main ke Cilandak?

Saya jawab “In sya allah nanti agak siang main ke Cilandak, memangnya kenapa Yang?

“Sepi”, jawab my mom.

“Kalau ada Azka ramai. Ngoceh mulu Azkanya, jadi ramai rumah eyang.”

My Talkative Son, Anak Yang Ramai Berbicara 3

Saya dan istriku hanya bisa tersenyum. Memang, kami sadari anak pertama kami yang baru berusia 2.5 tahun ini sangat aktif dalam berbicara. Keaktifannya dalam berbicara selalu berhasil membuat kami terhibur. Kelucuan demi kelucuan terlontar dari mulut mungilnya, bagaikan alunan musik yang menghiasi hari-hari kami.

Ia selalu ingin didengarkan dan diperhatikan saat berbicara. Bila kami tidak fokus padanya, ia akan merajuk dan marah. Tingkahnya yang menggemaskan ini semakin mempertegas betapa ia haus akan kasih sayang dan perhatian.

Walaupun ocehan ceritanya belum begitu jelas, karena masih ada beberapa huruf yang belum bisa ia lafalkan dengan jelas. Seperti B dilafalkan olehnya D, lucunya kalau ditanya siapa ayahnya? Dengan jelas Azka menjawab, “Ayah Bambang.” 😀

Tetapi ketika memanggil ibunya, yang keluar dari mulut mungilnya malah “Ndu”

Sebagai orang tua, kami selalu berusaha untuk menjadi pendengar yang baik bagi anak kami. Kami ingin ia merasa aman dan nyaman untuk berbagi cerita dan perasaannya. Kemampuannya dalam berkomunikasi dengan baik di usia yang begitu muda merupakan anugerah yang patut disyukuri.

Motor Ayah Mogok

Suatu hari, Azka diajak ayahnya pergi ke Gramedia Pejaten Village dengan motor. Di tengah perjalanan, motor mereka mogok karena kehabisan bensin.

Hehehe, totally my mistake. 🙂

Sepulangnya dari Pejaten Village Mall, tanpa disuruh siapapun, Azka langsung bercerita kepada orang pertama yang ditemuinya, yaitu Eyang Utinya. Dengan gaya khasnya, Azka menceritakan kejadian itu, “Eyang, motor ayah mogok. Bensinnya habis. Ayah sampai harus mendorong motornya.”

Azka juga tak lupa menceritakan kejadian itu kepada Ibunya dan orang-orang lain yang ditemuinya.

Kisah ini menunjukkan rasa antusiasme Azka dalam menceritakan pengalamannya, bahkan kepada orang yang baru ditemuinya. Kepolosan dan semangatnya untuk berbagi cerita menjadikannya sosok yang menggemaskan.

Asyik jadi ramai, tetapi… Ada tetapinya nih, Azka akan tetap ramai sampai menjelang tidur malam. Terkadang kami berdua sudah kelelahan setelah beraktifitas seharian, Azka masih dengan semangat 45 nya mengajak bercanda dan ngobrol.

Yang sedikit menjadi concern kami, bagaimana ke depannya? Karena tidak semua orang suka dengan anak yang bawel, entah itu bawel bercerita atau bertanya.

Gimana nanti di sekolah? Ingat dulu ketika saya bersekolah, kalau ada anak yang rajin bertanya, bukan hanya gurunya yang sebal (ketauan dari raut wajah dan nada suara) rekan-rekannya pun banyak yang sebal. 🙂 Karena jadi lama waktu belajarnya.

Atau gimana kalau Azka akan sering ngobrol di kelas? 🙂

Sering juga kami mengadakan permainan DIAM, permainan sederhana sih, siapa yang diam paling lama, maka ia yang jadi pemenangnya. 🙂

Azka cukup antusias, tetapi ia yang selalu kalah. Hihihi…

Azka oh Azka… Celotehmu membuat suasana jadi ceria..

Setiap hari, kami selalu belajar dan bertumbuh bersama anak kami. Tingkah lakunya yang penuh keceriaan dan semangat selalu mengingatkan kami untuk menjalani hidup dengan penuh optimisme. Kami bersyukur atas kehadirannya dalam hidup kami, dan kami berjanji untuk selalu menjadi orang tua yang terbaik baginya.

Terimakasih Ya Allah, atas anugrah yang telah Engkau berikan kepada keluarga kecil kami..

Tinggalkan Balasan

*