Horeeee. Azka ke Bandung lagi, kali ini kami ajak ia mencoba angkutan umum, naik kereta Argo Parahyangan tambahan. Sekalian ngajak Azka mencoba naik kereta jarak menengah.
Akhir pekan lalu, kami mendapat undangan hajatan dari seorang pimpinan kantor ayahnya Azka di Bandung. Anaknya menikah.
Padahal, belum lama kami juga berkunjung ke Bandung dan menginap di Hotel Villa Damar, dalam rangka menemani ayahnya Azka bekerja. Tetapi waktu itu kami bertiga menggunakan mobil pribadi untuk ke Bandung.
Kenapa kali ini kami memilih kereta? Pengalaman kami ketika berkunjung ke Bandung sebelumnya, butuh waktu kurang lebih 5 jam di perjalanan. Kemacetan di tol Cikampek karena ada proyek LRT dan tol Layang Cikampek menjadi penyebab utamanya.
Azka pun merasa sangat bosan di perjalanan. Nah, sekarang kami coba naik kereta api Argo Parahyangan. Dan reaksinya tetap sama. Bosan dan selalu menanyakan kapan sampai? 😀
Harga Tiket Argo Parahyangan Tambahan
Ketika memesan tiket sebenarnya masih banyak kursi yang tersedia dengan jam keberangkatan yang berbeda-beda. Lalu terpikir untuk berangkat pagi, agar bisa mengajak Azka jalan-jalan pagi sebentar di Bandung.
Argo Parahyangan yang paling pagi berangkat dari stasiun Gambir pukul 05.05, sayangnya sudah penuh. Tersisa keberangkatan pukul 06:15, Argo Parahyangan Tambahan KA 7076.
Rangkaian kereta Argo Parahyangan Tambahan 7076 hanya tersedia kelas Eksekutif saja. Harga tiketnya adalah Rp. 150.000. Sebenarnya ada juga Argo Parahyangan yang rangkaian ekonomi dengan harga tiket Rp. 110.000.
Hanya selisih 40 ribu rupiah.
Memesan tiketnya juga sekarang lebih mudah, banyak aplikasi travel yang menyediakan pemesanan tiket kereta api secara online. Bahkan beberapa mini market sudah melayani pembelian tiket kereta api.
Dari pihak PT. Kereta Api Indonesia (KAI) juga sudah menyediakan aplikasi buatan mereka sendiri. KAI Access.
Kapan Sampai Bandungnya Ayah?
Di awal perjalanan Azka masih kurang bersemangat. Mungkin masih mengantuk karena harus bangun pukul 4 pagi. 🙂
Waktu perjalanan kami kemarin kurang lebih 3 jam 45 menit. Berangkat pukul 6:15 dan tiba di Bandung pukul 10:00. Lebih cepat bila dibandingkan naik kendaraan pribadi.
Tetap saja Azka merasanya lama banget. 🙂 Gak kebayang bila rencana ke Jogja naik kereta terealisasi. Mungkin kami harus naik kereta malam, agar Azka bisa tidur selama perjalanan.
Kami berangkat ke stasiun Gambir menggunakan taksi Bluebird, yang sudah di booking sehari sebelumnya menggunakan aplikasi MyBlueBird. Kenapa bukan taksi online? Ayahnya Azka takut kalau pagi hari di akhir pekan akan sulit mendapatkan taksi online.
Stasiun Gambir
Kami tiba terlalu pagi, sopir taksinya sedikit ngebut di jalanan Jakarta yang masih sepi. Dan ekitar pukul 5 kami sudah tiba di stasiun Gambir.
Walau masih pagi, suasana sudah mulai ramai. Alhamdulillah ada mini market yang buka 24 jam, jadi bisa beli sarapan roti dan kopi untuk ayahnya Azka.
Sudah banyak juga gerai makanan dan minuman yang mulai membuka gerainya. Azka sedikit pun belum bersemangat ketika ditawari makanan atau minuman, ia mau pesan makan di kereta aja katanya, nasi goreng.
Alhamdulillah, tiket kereta api sudah di print oleh ayahnya Azka sebelumnya. Waktu untuk melakukan print outnya adalah mulai H-7 dari tanggal keberangkatan.
Gerbong Kereta Argo Parahyangan Tambahan
Kami mendapat tempat duduk di gerbong pertama, dan tidak ada train attendant yang menyambut. Atau memang tidak ada yah? 🙂
Gerbong keretanya bersih, dengan kursi berwarna krem dan biru. Kursinya ini dapat diputar 180 derajat, jadi dapat dibuat berhadap-hadapan. Cocok nih kalau bepergian berempat.
Pada setiap baris kursi ada stopkontak listrik, jadi gak takut kehabisan baterai smartphone atau kamera yang kami bawa. Dan ada dua lampu baca di atas jendela pada setiap baris kursi.
Pada sandaran tangan kursi terdapat meja yang dapat digunakan untuk makan atau minum. Sepertinya dapat juga digunakan untuk menaruh laptop/notebook, walau permukaannya tidak rata seratus persen.
Meja ini akhirnya jadi mainan Azka sepanjang perjalanan.
Leg roomnya?
Leg room Argo Parahyangan kelas Eksekutif ini lega banget, plus ada sandaran kaki. Azka saja yang duduk dekat jendela dapat dengan leluasa mondar-mandir ke lorong.
Yang pasti nyaman, dan saya pun sempat tertidur seiring lantun kereta. Jadi inget lagunya PADI yang judulnya Perjalanan Ini.
Di bagian depan gerbong ada dua buah televisi. Ditambah yang tergantung di bagian tengah gerbong. Walau sepertinya tidak dinyalakan sepanjang perjalanan.
Di gerbong ini ada dua buah toilet, satu di bagian depan dan satu lagi di bagian belakang. Toiletnya bersih dan terawat, sayangnya air yang untuk nge-flush kurang kencang.
Ketika troli makanan lewat, Azka sudah dengan semangatnya ingin pesan nasi goreng. Namun sayang beribu sayang, nasi goreng yang dijual oleh petugasnya pedas. Yang menyebabkan Azka ngambek, untungnya sih gak pakai tantrum. Karena tidak jadi makan nasi goreng di kereta seperti yang di rencanakan olehnya.
Akhirnya Azka hanya membeli snack dan minuman saja. Karena sebelumnya ia sudah sarapan lontong. Kalau nanti ia minta makanan atau minuman lainnya, masih bisa diajak ke gerbong restorasi.
Untung saja ngambeknya tidak sepanjang perjalanan. Dialihkan perhatian oleh ayahnya untuk melihat pemandangan, dan buntut kereta yang sesekali terlihat ketika kereta menikung.
Tetapi tetap saja timbul pertanyaan yang sama sepanjang perjalanan:
“Kapan sampai Bandungnya ayah?”
“Ini sudah di stasiun mana?”
“Lama banget sampainya?”
Sedikit susah memang mengatasi rasa bosan si kecil yang gak bisa diam ini, apalagi Azka tergolong anak yang talkative. Sekali aku lihat penumpang di kursi depannya Azka menoleh ke tempat ia duduk bersama ayahnya.
Mungkin ia merasa terganggu mendengar ocehan dan obrolan Azka dengan ayahnya. 🙂
Kereta pun tiba tepat waktu di Stasiun Bandung dengan selamat. Kita ke mana yah? Ke Alun-Alun dulu saja untuk nyari bus Bandros.