“Saya mau kue rangi.” pinta istriku yang sedang hamil besar ini.
“Kue rangi itu yang seperti apa?” tanyaku.
Dijelaskanlah bentuk kue rangi itu seperti apa oleh istriku.
“Ooooo, kue pancong.”
“Bukaaaaaan.”
Ya maaf. 🙂 Sebab itu yang terlintas di benakku ketika disebutkan ciri-ciri kue rangi, yang dimasaknya di cetakan berbentuk setengah lingkaran, ada kelapa di dalam adonannya.
Sebenarnya rada malas juga memenuhi ngidamnya istriku yang kebanyakan makanan atau minuman.
Malasnya kenapa?
Ya karena ketika sudah dibelikan apapun itu yang sedang ia inginkan, yang dimakan cuma secuil saja. Setelah diicip sesuap langsung deh keluar kata-kata dari mulutnya agar saya yang menghabiskan sisanya.
Ini mah bisa buat saya tambah endut. eh. 😀
Kue Rangi Jajanan Khas Betawi
Tapi demi istri tersayang akhirnya saya pun muter-muter di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan (untung nggak pusing) untuk mencari pedagang jajanan khas Betawi ini.
Muter-muternya sampai juga ke area Kebun Binatang Ragunan yang biasanya banyak penjual jajanan ini.
Herannya nih, kalau hari biasa tuh pedagang gampang banget dijumpai, ndilalahnya hari ini nggak ada satupun yang saya temui di pinggir jalan.
Duh pada ngilang kemana nih tukang kue rangi.
Akhirnya setelah 2 atau tiga hari saya mencari para pedagang jajanan khas Betawi ini sepulang kerja, ada juga pedagang kue rangi yang menampakkan gerobak dagangannya.
Kue rangi atau yang juga dikenal dengan sagu rangi adalah kue traditional khas asal Betawi, begitu juga dengan kue pancong.
Bahan dasar kue ini adalah tepung sagu dan kelapa parut. Simpel kan? Adonan ini yang dimasukkan ke dalam cetakan kue berbentuk setengah lingkaran.
Cetakan yang mirip dengan cetakan kue pancong.
Pedagang kue rangi yang menggunakan gerobak biasanya memanggang kue rangi masih menggunakan kayu bakar. Alasan mereka sederhana, biar kuenya nggak gosong. 😀
Setelah matang, kue ini diolesi saus/pasta gula merah.
Rasa sega rangi sendiri merupakan perpaduan gurihnya kelapa dan manisnya gula merah. Yummy….
Harganya Rp. 10.000 saja untuk satu porsinya.
Seperti biasanya, istriku hanya mencicipi sedikit saja kue yang sedang diidam-idamkannya ini.
Sisanya?
Saya lah yang selalu kebagian tugas untuk menghabiskannya. 😀