
Akhir Maret 2019, tepatnya tanggal 28, saya memulai perjalanan menuju kota pelajar, Yogyakarta. Bukan sekadar jalan-jalan biasa, tetapi sebuah ziarah hati untuk bertemu kembali dengan idola masa muda, Jikustik. Ya, band yang lagu-lagunya menemani hari-hari saya sejak remaja.
Tujuan utama saya adalah Grand Pacific Hall, tempat konser reuni Jikustik diadakan pada tanggal 29 Maret. Konser ini bukan sekadar pertunjukan musik, tetapi sebuah pertemuan kembali setelah 10 tahun lamanya mereka berpisah. Bayangkan, 10 tahun! Waktu yang cukup panjang untuk menumbuhkan kerinduan yang mendalam.
Saat konser dimulai, rasanya seperti mesin waktu membawa saya kembali ke masa lalu. Lagu-lagu seperti “Setia”, “Maaf”, dan “Puisi” mengalun merdu, menggetarkan hati dan membangkitkan kenangan indah. Saya tidak sendiri, ribuan penggemar lain juga hadir, bernyanyi bersama, larut dalam nostalgia.
Malam itu, Grand Pacific Hall menjadi saksi bisu betapa musik memiliki kekuatan untuk menyatukan. Jikustik, dengan formasi lengkap, tampil memukau, seolah tidak pernah ada jarak waktu di antara mereka. Kerinduan yang selama ini terpendam akhirnya terobati, berganti dengan kebahagiaan yang tak ternilai.
Perjalanan ke Yogyakarta ini bukan hanya tentang menonton konser, tetapi juga tentang merayakan masa lalu, menghargai kenangan, dan merasakan kembali semangat masa muda. Jikustik telah memberikan hadiah yang tak terlupakan, sebuah malam yang akan selalu saya kenang.