Hidup memang pilihan, terkadang untuk memilih akan timbul pertarungan hati. Seperti kejadian yang aku alami minggu lalu.
Dalam kondisi membutuhkan pekerjaan, tentu hati ini senang sekali ketika interview pekerjaan sampai pada tahap akhir, setelah melewati serangkaian test, interview dengan HRD dan user/calon atasan. 🙂
Tiba saatnya interview tahap akhir dilakukan dengan atasan dari user. Alhamdulillah, setiap pertanyaan dapat aku jawab dengan baik, walau cuma sebentar bekerja di bagian distribusi dan logistik. Tiba pada pertanyaan terakhir yang sepertinya memang di simpan untuk menjadi pertanyaan terakhir oleh si bapak.
“Kami adalah perusahaan yang bergerak pada sales dan distribusi, saat ini baru saja ada produk baru yang jadi principal kami. Produknya adalah bir, bagaimana tanggapan bapak?”
Alasan sang bapak menanyakan hal itu ternyata karena banyak karyawan/bawahannya yang mengundurkan diri ketika perusahaan tempatnya bekerja mulai menjual dan mendistribusikan bir. Beliau tidak ingin ketika ada karyawan yang baru masuk, lalu kembali resign karena masalah ini.
Aku sendiri sedikit kaget mendengar pertanyaan tersebut, karena setahuku perusahaan tersebut sebelumnya hanya menjual dan mendistribusikan produk susu, dan consumer goods lainnya.
Sempat terdiam lama, timbul pertarungan hati pada diriku, ya bagaimana tidak di satu sisi aku sedang butuh pekerjaan ini, di sisi lainnya hati ini ingat larangan tentang khamr yang sering aku dengar. Yang lengkapnya seperti berikut,
Dari Ibnu Abbas, aku mendengar Rasulullah bercerita bahwa Jibril berkata kepadanya,
“Ya Muhammad, sesungguhnya Allah itu melaknat khamr, pemeras khamr, peminumnya, pembawanya, pemesan minuman khamr, penjual, pembeli, dan orang yang menuangkannya.”
(Hadis ini dibawakan oleh Al Haitsami dalam Majmauz Zawaid dan beliau mengatakan “Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani. Para perawinya adalah para perawi yang tsiqoh. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud dan al Hakim dengan tambahan ‘orang yang memerintahkan untuk memproduksi khamr’)
Akhirnya bulat hati ini untuk menolak pekerjaan tersebut. Terbayang apa jadinya keluargaku bila nafkah yang aku berikan berasal dari yang di laknat Allah.
“Ya Allah, cukupkanlah kami dari yang Halal. Jauhkan kami dari yang Haram.”