Pura, pantai, gunung dan Bali memang tidak dapat dipisahkan. Dan Salah satu tempat yang kami kunjungi ketika gathering karyawan Cerindo awal Maret tahun 2020 adalah Pura Uluwatu.
Pura yang terletak di atas tebing karang di Bali bagian selatan ini merupakan salah satu tempat wisata populer di Bali.
Selesai makan siang berupa nasi campur di Warung Wardani, dua bus sedang yang membawa rombongan kami pun meluncur menuju Pura Luhur Uluwatu.
Pemandu Wisata atau tour guide yang menemani kami pun menceritakan sedikit tentang Pura yang ada di ujung barat daya pulau Bali Ini.
Begini kisahnya…
Pura Luhur Uluwatu
Keunikan Pura Uluwatu terletak pada posisinya yang menjulang di atas tebing karang curam, seolah-olah mengawasi Samudera Hindia yang luas. Dengan ketinggian sekitar 97 meter, pura ini menawarkan pemandangan laut yang spektakuler.
“Dalam bahasa Sansekerta, Ulu artinya adalah puncak, ujung, atas. Watu artinya adalah batu. Jadi Uluwatu memiliki arti Puncak Batu. Sesuai dengan lokasi pura yang berada di bagian puncak tebing batu karang.” terang pemandu wisata kami.
Awalnya pura ini merupakan tempat lokasi pemujaan oleh Empu Kuturan. Pura ini dipercaya oleh umat Hindu sebagai penyangga dari 9 (sembilan) mata angin.
Pura Uluwatu merupakan salah satu tujuan wisata favorit untuk wilayah Bali bagian selatan. Biasanya kalau ikut tour dari travel agent akan dijadikan satu dengan tujuan ke Tanjung Benoa ataupun ke tempat wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Pemandangan pura yang menawan dan aura spiritualnya yang kuat menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Keindahan Pura Uluwatu tidak hanya terletak pada lokasinya yang unik, tetapi juga pada arsitektur pura yang megah dan detail. Pura ini terdiri dari beberapa kompleks bangunan, termasuk Pura Luhur Uluwatu, Pura Pengubengan, dan Pura Sakenan. Di setiap sudut pura, terdapat patung-patung dewa dan dewi Hindu yang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang rumit dan indah.
“Dan hati-hati dengan monyet di sana.” tutup pemandu wisata kami.
Baca Juga : Menantang Jeram di Sungai Ayung Ubud, Bali
Lokasi Pura Uluwatu
Jarak tempuh dari Denpasar ke Pura Uluwatu sekitar 30 kilometer, yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam perjalanan. Ketika kami tiba di kawasan Pura Uluwatu, suasananya tidak seramai sewaktu terakhir kali saya ke sini. Bus yang terparkir saat itu pun masih bisa dihitung oleh jari.
Sepi.
Mungkin karena ada Corona Outbreak.
Seingat saya ini adalah kunjungan kedua saya ke Pura Luhur Uluwatu yang terletak di desa Pecatu, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
Untuk menghormati kesucian pura, setiap pengunjung diwajibkan mengenakan atribut tertentu. Selendang kuning merupakan salah satu syarat masuk, dan bagi pria yang mengenakan celana pendek, tambahan sarung diperlukan. Perlu diingat bahwa wanita yang sedang haid (menstruasi) tidak diperbolehkan memasuki area pura.
Sarung dan selendangnya sudah disediakan oleh pengelola. Selendang dan sarung ini menyimbolkan penghormatan terhadap kesucian pura. Selain itu bermakna sebagai pengikat niat buruk yang ada dalam jiwa manusia.
Menurutku waktu terbaik untuk berkunjung ke Pura Uluwatu sebenarnya adalah petang menjelang sunset. Menyaksikan matahari terbenam di horizon samudera Hindia menjadikan pura ini terlihat lebih eksotis. Eh, padahal belum pernah lihat juga. Hahahaha.
Apalagi sambil menyaksikan Tari Kecak. Tari Kecak merupakan tarian tradisional Bali yang menceritakan kisah Ramayana. Para penari, yang hanya menggunakan kain sarung sebagai kostum, menari dengan penuh semangat dan energik, diiringi oleh suara gamelan dan nyanyian para penari yang merdu.
Setiap hari ada pertunjukan tari kecak yang dimulai dari pukul 18.00 – 19.00 WITA. Namun kali ini saya kembali tidak dapat menyaksikan tari kecak di pura uluwatu. Karena event organizernya sudah mengatur untuk menyaksikan tari kecak yang ada di Garuda Wisnu Kencana (GWK).
Padahal pengalaman mengunjungi Pura Uluwatu tidak akan lengkap tanpa menyaksikan matahari terbenam yang spektakuler dari tebing pura. Yah, mungkin lain kali menyaksikan sunsetnya.
Menyaksikan senja sembari menyeruput secangkir kopi pahit. 😀
Harga Tiket Masuk Pura Uluwatu
Untuk masuk ke kawasan Pura Luhur Uluwatu para wisatawan akan dikenakan tarif yang berlaku.
Kategori | Harga Tiket |
Wisatawan Domestik | |
Dewasa | Rp. 30.000 |
Anak-anak | Rp. 20.000 |
Wisatawan Asing | |
Dewasa | Rp. 50.0000 |
Anak-anak | Rp. 30.000 |
Cukup murah kan?
Sedangkan bila kita ingin menyaksikan tari kecak di sini, maka kita perlu membeli tiket terpisah yang harganya Rp. 100.000 per orang.
Monyet Nakal
Seperti sudah diceritakan sebelumnya oleh pemandu wisata kami bahwa monyet-monyet di tempat wisata Pura Uluwatu ini kadang suka nakal. Terutama bila melihat benda-benda yang menarik perhatian mereka.
Dan benar saja
Baru saja memasuki gerbang utama, salah seorang temanku sudah menjadi kprban kejahilan mereka. Kacamatanya diambil oleh salah satu monyet. Padahal kacamatanya sudah ia simpan di dalam tempat kacamata.
Namun si monyet tetap bisa mengambil tempat kacamata tersebut. Monyet ini pun mencoba membukanya dengan cara digigit-gigit.
Akhirnya setelah seorang petugas yang mungkin seorang pawang membantu dengan melemparkan sebungkus makanan. Tertarik dengan makanan yang dilempar akhirnya tempat kacamata itu pun dilepas oleh si monyet. Walau dalam kondisi sudah sedikit berantakan.
Seingatku monyet yang sama juga mengincar kacamata yang sedang saya kenakan. Kejadiannya ketika saya sudah selesai berkeliling kawasan luar pura dan hendak keluar dari area pura ini. Dari jauh si monyet sudah mengawasiku seperti seorang detektif.
Merasa diperhatikan si monyet, saya pun tak mau mengambil resiko dan langsung melepas kacamata yang baru saya tebus dengan BPJS Kesehatan ini.
Ketika sudah dekat si monyet, ternyata ia tetap mengawasi. Bahkan ia mulai memutari dan mengikuti saya dari belakang. 😀 Sebelum akhirnya diusir oleh seorang pawang yang ada di dekat situ.
Sepertinya si monyet sudah terbiasa mendapatkan makanan dengan cara barter barang yang diambil dengan sekantong makanan kesukaannya.
Fasilitas di Pura Uluwatu
Tempat parkir di Pura Uluwatu ini cukup luas. Selain itu tersedia juga warung, resto dan cafe yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman. Eh, tempat makan ini pun tak luput dari kenakalan para monyet.
Karenanya kita tetap perlu berhati-hati dan waspada. Karena masih banyak monyet yang berkeliaran sampai ke area parkir, area warung dan pusat penjualan oleh-oleh. Beberapa bahkan sampai mengacak-acak barang-barang yang ada di motor yang sedang terparkir.
Toilet dan kamar mandi juga tersedia di area parkiran mobil. Bersih dan nyaman. Sepertinya selalu dijaga kebersihannya oleh pengelola Pura Uluwatu ini untuk memuaskan para pengunjung.
Good job! Terkadang fasilitas yang satu ini kurang diperhatikan oleh pengelola tempat wisata di Indonesia. Banyak tempat wisata yang toilet atau kamar kecilnya tidak terawat dan terkesan jorok dan kotor.
Di daerah Uluwatu juga terdapat berbagai penginapan, dari yang murah sampai yang mahal. Memudahkan kita menginap bila ingin menjelajahi berbagai tempat wisata di Bali Selatan.
Pura Luhur Uluwatu adalah tempat yang wajib dikunjungi bagi para pencinta wisata religi dan budaya. Keindahan alam, arsitektur pura yang megah, dan budaya Hindu yang kental akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
Mungkin lain waktu saya akan ke sini lagi bareng Azka dan ibunya. 🙂