Rafting di Sungai Cicatih Sukabumi

Rafting di Sungai Cicatih Sukabumi 2

Libur 1 Suro kali ini, bertepatan dengan 7 Desember 2010, saya isi dengan petualangan yang memacu adrenalin: rafting di Sungai Cicatih. Sungai yang berhulu di gunung Salak dan Gede Pangrango ini terletak di kecamatan Waungkiara, Sukabumi.

Rafting di Sungai Cicatih Sukabumi 3

Saya dan teman-teman dari kantor memilih paket dari Magnet Adventure. Sembilan belas orang ikut serta, lumayan banyak juga. Maklum, wisata gratis, siapa yang tidak mau?

Rafting di Sungai Cicatih Sukabumi 4
Pose dulu sebelum berangkat rafting

Namun, ada juga yang memilih untuk tidak ikut, termasuk para bos. Mungkin mereka lebih nyaman dengan liburan yang tenang dan santai.

Seharusnya, kami berangkat jam 7 pagi. Tapi, seperti biasa, molor satu jam dari jadwal yang ditentukan. Kebiasaan buruk yang sayangnya sudah menjadi budaya.

“Let’s paddle away from our problems and into the adventure!”

Perjalanan ke Sungai Cicatih

RKami berangkat menggunakan empat mobil. Rencananya, kami akan konvoi dari awal sampai tujuan. Tapi, baru juga sampai depan Pejaten Village Mall, rombongan sudah terpecah oleh kemacetan yang lumayan parah di hari libur itu.

Akhirnya, kami benar-benar terpisah sampai ke meeting point rafting. Kalau diingat-ingat, sepertinya saya pernah melewati jalur ini ketika touring ke pemandian air panas Cisolok.

Lewat jalur Ciawi – Sukabumi, rombongan baru bertemu kembali di meeting point dari Riam Jeram.

Loh kok Riam Jeram?

Mungkin ada kerja sama antara Magnet Adventure dan Riam Jeram. Tapi, sepulangnya dari sana, stiker yang tertempel di mobil adalah Riam Jeram.

Rafting di Sungai Cicatih Sukabumi 5
Pose dulu sebelum rafting

Waktunya Rafting di Sungai Cicatih

Baca juga : Serunya Menantang Jeram Sungai Ayung Bali

Rencana awal, kami akan mengarungi 12 km Sungai Cicatih. Sengaja kami mencari jalur yang lumayan jauh agar tambah seru, mumpung gratis.

Ternyata, ketika sampai di meeting point, operator rafting memberitahu bahwa level ketinggian air sungai tidak memungkinkan untuk melewati jalur 12 km.

Sedikit kecewa juga sih, karena harus turun ke paket yang hanya berjarak 9 kilometer. Hiks.

Tapi, mau bagaimana lagi. Yang penting, keselamatan bagi seluruh rombongan menjadi prioritas utama.

Sebelum berarung jeram, kami diberi pengarahan terlebih dahulu. Apa saja perintah-perintah dari petugas di setiap perahu. Apa yang harus dilakukan bila ada yang tercebur ke dalam sungai, dan lain-lain.

Kami pun harus mengenakan life vest, helm, dan mendapatkan dayung sendiri.

Riam yang kami lalui ternyata lumayan seru. Menurut info yang saya dapat, jeram yang kami lalui merupakan jeram level 2 dan 3. Tanpa terasa, sudah 2 jam kami mengarungi Sungai Cicatih sejauh 9 kilometer.

Baru juga kami sampai di titik akhir wisata arung jeram ini, rekan-rekan sudah minta untuk diadakan kembali. Padahal, ketika ide wisata arung jeram ini disampaikan, banyak karyawan yang takut untuk ikut.

Dengan berbagai alasan tentunya, alasan nomor satu adalah TAKUT. Hahahaha.

Rafting di Sungai Cicatih Sukabumi 6
Dipotret petugas dari operator rafting.

Santap Siang Khas Sunda

Di titik akhir ini, disajikan makanan secara prasmanan. Makanan yang disajikan adalah makanan khas Sunda. Memang dasarnya sudah pada lapar, rombongan pun makan dengan sangat lahap. Padahal, banyak rekan-rekan yang belum bersih-bersih sehabis basah kena air Sungai Cicatih tadi.

Selesai makan dan kenyang, baru kami bersih-bersih. Habis makan timbullah rasa kantuk. Hahahaha.

Rencananya, kami akan mampir di Warso Farm dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Tapi, apa mau dikata, perjalanan pulang ternyata memakan waktu lebih lama dari yang kami perkirakan. Cuaca yang hujan menambah parah kemacetan yang terjadi sampai ke Ciawi.

Akhirnya, keinginan untuk ke Warso Farm terpaksa ditunda terlebih dahulu. Tidak apa-apa juga sih, wong saya juga tidak doyan duren.

Eh, dapat sertifikat juga lho dari Riam Jeram Rafting.


Pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal. Bahwa hidup itu penuh dengan kejutan, kadang menyenangkan, kadang juga membuat kecewa. Tapi, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menikmati setiap momen yang ada. Seperti kata pepatah, “Hidup itu seperti arung jeram, kita harus bisa mendayung di antara batu dan gelombang.”

Tinggalkan Balasan

*