Akhirnya saya berkesempatan juga menginjakkan kaki di kota Magelang, walau hanya untuk numpang tidur dan makan.
Berwisata?
Saat ini sih belum sempat. Karena harus segera bersiap untuk ke kota berikutnya untuk instalasi people counter.
Itu loh, alat yang dapat menghitung orang yang keluar masuk toko. Jadi pengelola toko dapat mengetahui jumlah pengunjung setiap jamnya.
Kota Magelang, yang terletak di sebelah utara Yogyakarta, berjarak sekitar 43 kilometer dari pusat kota gudeg tersebut. Perjalanan darat dari Malioboro ke Magelang membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.
Kami memilih taksi sebagai moda transportasi karena ingin menikmati perjalanan yang cepat dan nyaman, mengingat kami juga tidak terlalu familiar dengan rute menuju Magelang.
Toh ditanggung oleh kantor. 😀
Kota Magelangnya sendiri terbilang sepi atau itu hanya perasaanku saja yah. Toko sepatu yang kami tuju untuk pemasangan alat penghitung pengunjung pun tutup sekitar pukul 20.00.
Pemilik toko pun minta proses instalasinya dilanjutkan besok pagi saja. Padahal nanggung tinggal setting/pengaturan sensor/kamera penghitungnya saja.
Setelah menyelesaikan urusan instalasi, kami bersiap untuk kembali ke Jakarta. Hari itu adalah hari Jumat, sehingga kami menyempatkan diri untuk terlebih dahulu melaksanakan Sholat Jumat di Masjid Agung Kota Magelang.
Masjid Agung Kota Magelang terletak di sebelah barat alun-alun kota Magelang. Masjid ini merupakan salah satu masjid bersejarah di Magelang dan menjadi ikon penting bagi umat Islam di kota ini.
Kupat Tahu Magelang
Selesai shalat Jum’at kami pun diajak pemilik toko menuju warung Tahu Pojok Magelang untuk makan siang. Mencicipi salah satu makanan khas Magelang.
Posisi Warung Tahu Pojok Magelang ini berada di Jl. Tentara Pelajar Nomor 14, tidak jauh dari alun-alun kota Magelang dan Masjid Agung. Kami pun cukup berjalan kaki dari Masji Agung Magelang.
Sebenarnya banyak warung yang menjajakan kupat tahu di sepanjang Jl. Tentara Pelajar. Kami berdua sih ikut yang ngajak aja, karena tidak tahu mana yang rasanya enak atau tidak.
Warung yang satu ini cukup ramai dengan pengunjung ketika kami tiba. Walau belum terlalu antri. Sebagian dari jamaah masjid yang baru pulang shalat juga.
Isi dari kupat tahu magelang selain ketupat dan tahu putih, ada sayur-sayuran seperti toge, kol, plus bakwan. Semuanya lalu disiram dengan saus kacang hangat yang cair.
Rasanya?
Rasanya dominan manis dan ada gurih-gurihnya. 🙂
Walau saya sudah pesan pedas tanpa level kepedasan, ternyata masih terasa kurang pedas untuk ukuran lidahku.
Dilihat sekilas mirip dengan Tahu Masak. Makanan khas daerah Banyumas yang sering saya nikmati ketika pulang ke kampung ibu dan bapak di daerah Tambak, Banyumas.
Kalau dari isinya, mirip-mirip dengan ketoprak, tahu tek Surabaya, atau tahu masak Banyumas, yang berbeda cuma bumbunya saja. Tapi semuanya lezat, bersyukurlah hidup di bumi Indonesia, banyak sekali jenis makanan enak-enak. 😀
Soal rasa menurutku sedikit berbeda dengan kupat tahu Magelang yang pernah saya coba di Jakarta. Atau hanya perasaanku saja yah? 🙂
Mungkin pedagang di Jakarta menyesuaikan diri dengan lidah pelanggannya yang ada di Jakarta.
Sebenarnya sih pengen nambah tapi apa daya, harus jaga kesehatan. Kalau mampir ke Magelang, jangan lupa coba kupat tahunya nih.