Touring Ke Pemandian Air Panas Cisolok, Sukabumi

Touring Ke Pemandian Air Panas Cisolok, Sukabumi 2

Mungkin, saat nama Cisolok terucap, yang pertama kali menari di benak adalah kehangatan air panasnya yang melegakan. Namun, perjalanan touring kali ini bukan sekadar tentang merendam diri.

Lebih dari itu, ini adalah babak petualangan seru yang terukir di sepanjang jalanan Sukabumi yang berkelok, dibasahi kesegaran air panas alami, dan dimanjakan kelezatan hidangan laut Pelabuhan Ratu.

Touring Ke Pemandian Air Panas Cisolok, Sukabumi 3

Bersiaplah, karena Cisolok menyimpan kejutan yang jauh lebih kaya dari sekadar uap yang mengepul!

Kisah ini bermula ketika hasrat untuk menaklukkan jalanan dengan roda dua membara. Tujuan kami kali ini adalah Cisolok, permata tersembunyi di Sukabumi. Rute yang kami pilih adalah untaian jalan yang menghubungkan Jakarta, Depok, Bogor, Cipaku, Cikadang, hingga akhirnya berujung di Pelabuhan Ratu sebelum memutar kembali ke Cisolok.

Alhhamdulillah, langit membentang biru, dan mentari bersinar cerah mengiringi deru mesin motor kami, baik saat berangkat maupun kembali.

Titik Awal di Cilandak: Ketika Persaudaraan Bikers Terjalin

Siap-siap konvoi motor di depan SPBU Cilandak KKO
Kumpul di SPBU Cilandak Commercial Estate

Pagi itu, di sebuah SPBU tak jauh dari hiruk pikuk Cilandak Commercial Estate, satu per satu wajah antusias mulai terlihat. Pukul 8.30, bagai kepingan puzzle yang akhirnya menyatu, rombongan bikers dari berbagai sudut Jakarta telah berkumpul.

Sang komandan, Hendri, memimpin barisan di depan, sementara saya memilih setia di posisi belakang, menjadi mata dan telinga yang memastikan tak ada satu pun yang tertinggal dalam petualangan ini.

Jalanan Jakarta pagi itu cukup bersahabat, seolah turut bersemangat melepas kepergian kami. Tak ada kendala berarti yang menghadang laju konvoi. Hingga akhirnya, di sebuah warung makan sederhana di Warung Jambu Dua, Bogor, kehangatan persaudaraan kami bertambah dengan bergabungnya bro Yadi beserta sang istri. Perjalanan pun kembali bergulir, membawa semangat baru.

Menyusuri Jalur Alternatif: Keindahan yang Tersembunyi

Berbekal pengetahuannya yang mendalam tentang seluk beluk jalanan Bogor, bro Yadi mengambil alih navigasi, memilih jalur alternatif via Cipaku. Keputusan yang tepat! Jalanan yang relatif lengang dan aspal yang mulus bagai karpet hijau membuat konvoi kami melaju dengan solid dan menyenangkan.

Tepat pukul 11.30, suara adzan berkumandang memanggil kami untuk bersujud di Masjid An-Nawawi. Dan di sana, sebuah kejutan manis menanti: hidangan makan siang sederhana yang disuguhkan dengan tulus oleh pengurus masjid!

Sungguh rezeki yang tak terduga, cukup untuk mengisi perut yang mulai keroncongan sebelum petualangan yang sesungguhnya dimulai.Bro Yadi, yang lebih mengenal jalan, mengambil rute alternatif Cipaku. Jalanan yang relatif sepi dan mulus membuat konvoi kami tetap solid.

Baca juga:
Rafting di Sungai Cicatih/Citatih, Sukabumi
Menikmati sedapnya Kupat Tahu Magelang

Pukul 11.30, kami berhenti di Masjid An-Nawawi untuk melaksanakan sholat Jumat. Sebuah kejutan manis menanti kami: jamuan makan siang sederhana dari pengurus masjid!

Tantangan Cikidang-Pelabuhan Ratu: Menguji Adrenalin di Tengah Keindahan

Setelah mengisi energi, perjalanan dilanjutkan melalui jalur alternatif Cikidang – Pelabuhan Ratu. Inilah jalur yang sesungguhnya menguji nyali dan keterampilan berkendara. Jalanan berkelok-kelok bagai ular yang menari, namun di sisi lain menyuguhkan pemandangan yang memanjakan mata. Hamparan perkebunan kelapa sawit yang hijau membentang luas, sesekali kami berpapasan dengan papan penunjuk menuju wisata arung jeram Citarik yang terkenal. Hawa sejuk pegunungan dan jalanan yang relatif sepi menjadi teman setia di sepanjang perjalanan.

Namun, sekitar 10 kilometer menjelang Pelabuhan Ratu, tantangan yang sesungguhnya mulai menghadang. Tanjakan curam yang memaksa mesin motor meraung dan turunan terjal yang menguji kehati-hatian menjadi santapan sehari-hari. Beberapa insiden kecil sempat mewarnai perjalanan, namun untungnya, berkat kesigapan dan kewaspadaan, tak ada yang berakibat fatal.

Pemandian Air Panas Cisolok, Meredakan Lelah

Setelah berjam-jam di atas sadel motor, akhirnya kami tiba di gerbang pemandian air panas Cisolok. Pemandangan yang menyambut sungguh menenangkan: hijaunya pepohonan berpadu dengan uap air panas yang mengepul lembut dari kejauhan. Lokasi pemandian ini ternyata berjarak sekitar 14 kilometer dari pusat kota Pelabuhan Ratu, membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapainya.

Kolam pemandiannya cukup luas, airnya tampak mengundang untuk segera kami nikmati. Begitu kaki ini menyentuh air hangatnya, rasa lelah dan penat akibat perjalanan panjang seolah tersapu bersih. Hangatnya air yang memeluk tubuh memberikan sensasi relaksasi yang luar biasa. Sayangnya, di tengah kenikmatan ini, mata kami tak bisa mengabaikan kondisi lingkungan sekitar kolam yang masih perlu sentuhan perawatan.

Pemandian air panas Cisolok ini ternyata setia menyambut pengunjung setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00. Keunikan tempat ini adalah sumber air panasnya yang berasal langsung dari geyser alami yang berada di aliran Sungai Cisolok. Untuk dapat menikmati kehangatan alaminya, kami hanya perlu membayar biaya masuk yang sangat terjangkau, Rp 2.000 per orang.

Pancaran uap air panas di sungai cisolok,
Pancaran uap air panas di sungai Cisolok,

Lebih dari Sekadar Berendam: Pengalaman Unik di Cisolok

Ada hal menarik lain yang kami temui di Cisolok. Ternyata, pemandian ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan asal Korea Selatan. Buktinya, sesaat setelah kami tiba, rombongan turis Korea baru saja selesai menikmati kehangatan airnya. Saat itu, dari dua kolam yang tersedia, hanya satu yang bisa kami gunakan karena kolam lainnya baru saja diisi air panas dari sumbernya. Kata pengelola, airnya masih “panas benar,” butuh waktu untuk sedikit mendingin.

Kami pun memahami, ternyata memang hanya satu kolam utama yang diperuntukkan bagi pengunjung. Kolam yang satunya berfungsi sebagai penampungan air panas baru. Setiap hari, kolam yang digunakan akan dikuras dan diisi kembali dengan air dari kolam penampungan yang sudah “diinapkan” semalam.

Selain kolam pemandian umum, ada pilihan lain bagi mereka yang mencari pengalaman berbeda. Kita bisa merasakan sensasi mandi air panas alami langsung di sungai tanpa dipungut biaya. Jika privasi menjadi prioritas, tersedia juga kamar rendam pribadi yang bisa disewa.

Namun, seperti halnya banyak destinasi wisata di Indonesia, kami tak bisa menutup mata terhadap isu klasik: sampah dan kurangnya perawatan. Kondisi kamar bilas pun terlihat memprihatinkan. Sebuah harapan terbersit, andai saja tempat ini dikelola dengan lebih baik, tentu akan semakin banyak wisatawan yang tertarik datang. Mungkin, dengan sedikit penyesuaian harga tiket masuk, dana yang terkumpul bisa dialokasikan untuk perawatan yang lebih optimal.

Di sinilah, di tengah kehangatan Cisolok, kami harus berpisah dengan bro Yadi dan istrinya. Mereka harus segera kembali ke Bogor malam itu juga. Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan atas kebaikan hatinya yang telah menjadi pemandu kami dari Bogor hingga Pelabuhan Ratu.

Sejenak merenung, kutipan dari Jim Davis terngiang di benak:

Life is like a hot bath. It feels good while you’re in it, but the longer you stay, the more wrinkled you get.

Jim Davis

Benar juga, segala sesuatu ada batasnya, termasuk berendam air panas. Saatnya melanjutkan petualangan.

Kami berlima berendam di kolam air panas Cisolok
Berendam Air Panas Dulu

Pelabuhan Ratu: Pesta Rasa di Tepi Samudra

Setelah tubuh kembali segar, tujuan kami berikutnya adalah Pelabuhan Ratu. Berbeda dengan touring ke Cipanas sebelumnya, kali ini kami tak memiliki rencana menginap yang pasti. Melirik IGrand Inna Samudra Beach Hotel yang legendaris, dompet kami serempak memberikan sinyal kurang mendukung.

Akhirnya, pilihan jatuh pada penginapan sederhana ala backpacker yang menawarkan harga bersahabat, hanya 50 ribu rupiah per kamar lengkap dengan kamar mandi di dalam. Kami menyewa tiga kamar untuk menampung tujuh bikers yang kelelahan.

Setelah beristirahat sejenak, mandi, dan berganti pakaian, perut kami mulai berteriak minta diisi. Tujuan utama malam itu tentu saja Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Ratu. Sayangnya, dewi fortuna sedikit kurang berpihak. Kami tiba terlalu malam, sehingga pilihan ikan segar yang tersedia sangat terbatas.

Namun, rasa lapar yang sudah tak tertahankan membuat kami tetap semangat memilih. Satu kilogram ikan tongkol, satu kilogram ikan kakap, dua kilogram ikan marlin, dan setengah kilogram cumi menjadi santapan malam (dan ternyata juga sarapan!) kami. Hasilnya? Setengah porsi terpaksa dibungkus karena perut sudah menyerah!

Hehehehe.

Makan malam sea food di tempat pelelangan ikan pelabuhan ratu.
Makan Malam di Tempat Pelelangan Ikan, Pelabuhan Ratu

Perjalanan Pulang dengan Senyum Keceriaan

Pagi menyapa lebih awal dari biasanya. Pukul 4.15 pagi, suara adzan dari mushola dekat penginapan membangunkan kami dari mimpi indah. Kami memang sengaja bangun lebih pagi untuk menghindari kemacetan dan melanjutkan perjalanan pulang. Tak lupa, kami menyempatkan diri mampir kembali ke Tempat Pelelangan Ikan untuk membeli oleh-oleh bagi keluarga di rumah.

Perjalanan pulang kami lakukan dengan lebih santai, sisa-sisa lelah perjalanan kemarin masih terasa di tubuh. Jalanan pagi itu masih relatif lengang, hingga sebuah kejadian lucu mewarnai perjalanan. Kotak pembungkus ikan milik Pak Nurul tiba-tiba pecah di tengah jalan! Untungnya, dengan sigap, ikan-ikan segar itu berhasil diselamatkan dari “lompatan bebas” ke aspal. Benar-benar “untung mulu yah!”

Kembali ke Bogor: Bertemu Durian di Warso Farm

Memasuki kembali Jalan Sukabumi Raya, lalu lintas mulai menunjukkan peningkatan volume kendaraan. Dan kekhawatiran kami pun menjadi kenyataan, rombongan mulai tercerai berai di tengah kemacetan. Saya yang berada di barisan belakang sempat kehilangan jejak Pak Nurul yang tadinya tepat di depan. Namun, berkat komunikasi yang baik, kami akhirnya bisa bertemu kembali di pertigaan Caringin.

Sayangnya, satu anggota rombongan kami hilang tanpa jejak: Pak Komar. Sempat kami coba kejar hingga Ciherang, namun usahanya sia-sia. Padahal, dialah yang paling antusias ingin mampir ke Warso Farm untuk menikmati durian yang terkenal lezat.

Dengan sisa enam motor, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Warso Farm. Sebuah ironi, menikmati durian tanpa kehadiran Pak Komar yang sangat mendambakannya. Sebenarnya, saat berangkat kami sudah berniat mampir, namun ternyata Warso Farm tutup setiap hari Jumat.

Setelah tiba, tiga buah durian ludes disantap oleh lima orang. Lima? Ya, saya termasuk dalam minoritas yang kurang begitu menyukai aroma menyengat buah eksotis ini. Baunya saja sudah cukup membuat kepala saya sedikit pening.

Menikmati durian di warso farm
Makan durian dulu

Puas menikmati durian (bagi yang suka), rombongan kembali berkonvoi santai hingga Jalan Batutulis Bogor. Di sinilah, formasi konvoi kembali pecah. Hanya tersisa tiga motor: saya, Pak Nurul, dan Khamam.

Kami pun melanjutkan perjalanan hingga perempatan Juanda Depok, sebelum akhirnya berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing.

Touring Ke Pemandian Air Panas Cisolok, Sukabumi 4

Alhamdulillah, dengan selamat kami semua tiba di rumah masing-masing, membawa serta segudang cerita dan pengalaman seru. Perjalanan touring kali ini benar-benar membuktikan bahwa Cisolok bukan hanya tentang kehangatan air panas.

Lebih dari itu, Cisolok adalah sebuah destinasi yang menawarkan petualangan yang menantang namun tetap menyenangkan, keindahan alam yang memukau, dan pengalaman kuliner yang menggugah selera. Jika kamu mencari tempat untuk touring yang memberikan lebih dari sekadar pemandangan, Cisolok adalah pilihan yang sangat tepat.

Tinggalkan Balasan

*